Oleh : Muhammad Danu Kurniadi
Kaum muslimin rohimani warohimakumullāh.
# Raihlah kemuliaan dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah karena keduanya adalah petunjuk yang dapat mengantarkan kepada kemuliaan dan keduanya itu adalah petunjuk bagi umat manusia agar tidak tersesat dari jalan petunjuk, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda
خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
Kita Ucapkan puja puji syukur
kehadirat Allah ‘Azza Wa Jalla yang telah melimpahkan kepada kita
berbagai macam nikmatnya. Sehingga dengan nikmat tersebut Allah mudahkan kita
untuk menjalankan salah satu kewajiban di antara kewajiban-kewajiban yang Allah
bebankan kepada diri kita. Shalawat dan salam tetaplah tercurahkan kepada nabi
kita yang mulia Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para
sahabatnya para keluarganya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau dengan
baik hingga hari kiamat kelak.
Tidak lupa di mimbar jumat
ini, khatib mewasiatkan kepada diri kami pribadi dan para jamaah sekalian untuk
senantiasa meningkatkan ketakwaannya kepada Allah. Takwa sebagaimana yang
dijelaskan oleh Thalq bin Habib rahimahulah,
التقوى أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجوا ثواب
الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله
“Engkau melaksanakan
ketaatan kepada Allah di atas cahaya dari Allah dalam rangka mengharap pahala
dari Allah dan engkau meninggalkan kemaksiaan kepada Allah di atas cahaya dari
Allah dalam rangka takut akan adzab Allah”. (Jaami’ul ‘Ulum Wal Hikam,
1/400)
Kaum muslimin rohimani warohimakumullāh.
Siapa di antara kita yang tidak
ingin menggapai kemuliaan?
Siapa di antara kita yang
tidak ingin menjadi manusia yang mulia?
Tentu kita semua pasti
menginginkan hal tersebut.
Namun bagaimanakah cara
kita mencari kemuliaan? Bagaimanakah cara kita menjadi manusia yang mulia ?
▪Ada di antara manusia yang
ingin menggapai kemuliaan dengan hartanya. Sehingga ketika dia sudah menjadi
kaya manusia pun memandangnya dan seluruh pandangan mata tertuju padanya. Maka
ketika itu dia telah merasa menjadi orang yang mulia.
▪Ada juga manusia yang
ingin menjadi mulia dengan cara menjadi terkenal, sehingga ketika dia sudah
menjadi terkenal, manusiapun memandangnya dan seluruh pandangan mata tertuju padanya.
Maka ketika itu dia telah merasa menjadi orang yang mulia.
▪Ada pula orang yang ingin
meraih kemuliaan dengan cara mencari keridhoan manusia kepadanya. Sehingga
ketika dia sudah dicintai seluruh manusia, manusiapun memandangnya dan seluruh
pandangan mata tertuju padanya. Maka ketika itu dia telah merasa menjadi orang
yang mulia.
Kaum muslimin yang dirahmati
Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Banyak cara dan jalan yang
ditempuh manusia untuk mencari kemuliaan. Namun bagaimanakah kemuliaan yang sejati
itu ? bagaimanakah kemuliaan yang hakiki itu ? kemuliaan yang bukan merupakan
kemuliaan semu, bukan pula kemuliaan yang hanya akan berakhir dengan bencana
dan malapetaka.
Oleh karenanya simaklah
salah satu kisah yang sangat menakjubkan yang terjadi antara khalifah Umar
Ibnul Khatthab bersama sahabat Abu Ubaidah ibnul Jarrah radhiallahu 'anhuma.
Suatu ketika mereka berdua berjalan menuju Syam hendak menemui pembesar-pembesar orang-orang kafir, kemudian di tengah perjalanan Amirul Mukninin Umar Ibnul Khatthab radhiallahu 'anhu melepas sepatunya dan mengalungkan sepatunya di antara lehernya, serta memegang pelana dari hewan kendaraannya.
Suatu ketika mereka berdua berjalan menuju Syam hendak menemui pembesar-pembesar orang-orang kafir, kemudian di tengah perjalanan Amirul Mukninin Umar Ibnul Khatthab radhiallahu 'anhu melepas sepatunya dan mengalungkan sepatunya di antara lehernya, serta memegang pelana dari hewan kendaraannya.
Melihat hal itu sahabat,
maka Abu Ubaidah ibnu Al Jarrah radhiallahu 'anhu mengatakan:
“Saya khawatir mereka, pembesar-pembesar
orang-orang kafir akan melecehkan anda wahai amirul mu’minin. Bagaimana mungkin
seorang pemimpin melepaskan kedua sepatunya diletakkan di lehernya, kemudian
menemui pembesar-pembesar orang-orang kafir dengan cara yang terlihat hina.”
Tetapi apa jawaban amirul
mu’minin Umar ibnul Khatthab radhiallahu 'anhu?
Beliau mengatakan dengan jawaban
yang indah, beliau menjawab dengan jawaban yang patut untuk kita renungi dan
kita ambil pelajaran darinya. simaklah ucapan beliau:
إنا كنا أذل قوم
فأعزنا الله بالإسلام فمهما نطلب العزة بغير ما أعزنا الله به أذلنا الله
“Sesungguhnya kita dahulu adalah suatu kaum yang hina, maka Allah muliakan kita dengan Islam. Sekiranya kita mencari kemuliaan dengan selain apa yang Allah jadikan kita mulia dengannya (yaitu Islam,) maka sungguh Allah akan menghinakan kita.”
“Sesungguhnya kita dahulu adalah suatu kaum yang hina, maka Allah muliakan kita dengan Islam. Sekiranya kita mencari kemuliaan dengan selain apa yang Allah jadikan kita mulia dengannya (yaitu Islam,) maka sungguh Allah akan menghinakan kita.”
(HR. Al Hakim dalam
Mustadrak 'ala Ash Shahihain, Juz 1 nomor 207)
Sungguh benar apa yang
beliau katakan bahwasannya Kaum Arab dahulu adalah bangsa yang hina, bangsa
yang diremehkan dan tidak diperhitungkan kekuatannya oleh negara-negara lain.
Mereka hanyalah sebuah bangsa yang menggantungkan kehidupan mereka kepada
negara-negara adidaya lainnya persia dan romawi.
Namun ketika Allah telah
menancapkan Islam ke dalam hati-hati para sahabat, maka Allah muliakan mereka.
Mereka menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang ditakuti dan tidak lagi bergantung
kepada negara-negara orang lain untuk keberlangsungan hidupnya.
Inilah, kaum muslimin yang
dirahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahwasannya kemuliaan hakiki hanyalah ada
pada Islam. Maka raihlah kemuliaan dengan agama islam. Bagaimanakah cara kita
meraih kemuliaan dengan Islam ?
# Dengan mentauhidkan Allah
dan meninggalkan persekutuan kepada selainnya karena dosa syirik adalah dosa
yang dapat menjadikan kaum muslimin menjadi hina
# Dengan senantiasa
menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
meninggalkan berbagai macam ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
# Raihlah kemuliaan dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah karena keduanya adalah petunjuk yang dapat mengantarkan kepada kemuliaan dan keduanya itu adalah petunjuk bagi umat manusia agar tidak tersesat dari jalan petunjuk, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Aku tinggalkan dua perkara
untuk kalian, yang kalian tidak akan tersesat jika berpegang teguh dengan
keduanya. Yaitu kitabullah (Al Qur’an) dan Sunahku”. (HR.
Malik 1874, dishahihkan Syaikh
Al-Albani dalam al-Misykah no.186)
Jika kita ingin meraih
sebuah kemuliaan, ikutilah Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat
radhiyallahu ‘anhum. Kenapa harus dengan pemahaman para sahabat ? Alasan
yang pertama adalah Karena Allah Ta’ala berfirman
والسابقون الأولوم من المهاجرين والأنصار والذين
اتبعوهم بإحسان رضي الله عنهم ورضوا عنه
“Dan orang-orang
terdahulu lagi pertama masuk islam dari kalangan muhajiri dan anshor dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan
mereka pun ridho kepada Allah”. (QS. At Taubah : 100)
Di ayat yang mulia ini
Allah menjelaskan bahwasannya Allah ridho kepada para sahabat dan Allah pun
ridho kepada orang-orang yang mengikuti para sahabat.. Oleh karena itu jika
kita ingin meraih keridhoan dan kemuliaan dari Allah maka ikutilah para sahabat
rhadiyallahu ‘anhum.
Kemudian alasan yang kedua adalah karena nabi bersabda bahwa para sahabat adalah generasi terbaik
umat manusia, beliau mengatakan
خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم
“Sebaik-baik manusia
adalah generasiku kemudian generasi seteahnya, kemudian generasi setelahnya.” (HR. Bukhori no.2652 dan Muslim no.2533)
Oleh karena itu, jika kita
ingin menjadi manusia yang mulia maka hendaklah kita kembali kepada ajaran Islam
yang telah menjadikan para sahabat menjadi mulia yaitu dengan berpegang teguh
kepada Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman para sahabat.
Aqulu qauli hadza wa
astaghfirullahi lii wa lakum wa lisairil muslimina min kulli dzanbin. innahu
huwal ghafurur rahim.
KHUTBAH KEDUA
Ma’asyiral muslimin
rahimani warahimakumullah.
telah kita jelaskan di
khutbah pertama bahwasannya untuk meraih kemuliaan adalah dengan cara kita
berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman para sahabat.
Tapi tidak hanya itu, kita juga harus menghilangkan sebab-sebab yang menjadikan
kita terhina dan sebab-sebab yang menghalangi kita dari kemuliaan tersebut.
Apa saja sebab-sebab itu ?
mari kita simak sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut ini
إذا تبايعتم بالعينة، وأخذتم أذناب البقر ورضيتم
بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لا ينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم
“Apabila kalian telah
berjual beli dengan sistem ‘inah (Sistem riba), dan kalian terlena dengan peternakan-peternakan
dan pertanian kalian, serta kalian meninggalkan jihad. Maka Allah akan timpakan
kehinaan kepada kalian dan tidak Akan Allah cabut sampai kalian kembali kepada
agama kalian.” (HR Abu Daud no.3462, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Silsilah Hadis Shohihah no.11)
Itulah ma’asyiral muslimin
sebab-sebab yang menjadikan kita hina, yaitu dengan kita berjual beli dengan menggunakan sistem riba dan menganggap
remeh maksiat kepada Allah. Kemudian yang kedua adalah karena kita terlena dengan peternakan kita,
pertanian kita, perdagangan kita dan kita terlenak dengan dunia. Dan yang ketiga karena kita
meninggalkan jihad.
Itulah ma’asyiral muslimin
sebab-sebab yang dapat mengantarkan kita kepada kemuliaan dan sebab-sebab yang
dapat menghalangi kita dari kemuliaan
0 komentar:
Posting Komentar