Oleh : Muhammad Danu Kurniadi
Berdoa merupakan salah satu bagian dari
kehidupan seorang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Berdoa
merupakan bentuk penghambaan diri seorang makhuk kepada sang Khaliq (Penciptanya).
Oleh karena itu, berdoa memiliki keutamaan dan kedudukan yang sangat tinggi di
dalam Islam. Sampai-sampai Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أفضل العبادة
الدعاء
“Ibadah yang
paling utama adalah berdoa”. (HR. Hakim no.
1805, lihat Shahih Al Jami’ no.1122 dan Ash-Shohihah no.1579)
Demikian pula Beliau
mengatakan,
ليس شيء أكرم على
الله من الدعاء
“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia bagi Allah kecuali doa”. (HR. Ibnu Majah no.3829, Ibnu
Hibban no.870, lihat Al-Misykat 2232)
Bahkan Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan Allah murka kepada orang-orang
yang tidak mau berdoa kepadanya, beliau bersabda,
من لم يدع الله يغضب
عليه
“Barangsiapa yang tidak mau berdoa kepada Allah, Maka Allah akan
murka kepadanya”. (HR. Al Bukhori
dalam Adabul Mufrad no.658, lihat Silsilah Al-ahadits Ash-Shohihah no.2654)
Bahkan Allah
mengatakan bahwa orang yang tidak mau berdoa maka dia adalah orang yang sombong.
Sebagaimana dalam firman-Nya,
وقال ربكم ادعوني
أستجب لكم إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين
“Dan Tuhan kalian
berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya
akan aku kabulkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari
beribadah kepadaku, mereka akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina”. (QS. Ghafir 40 : 60)
Inilah Ma’asyiral hal yang harus kita
pahami, bahwasannya doa merupakan ibadah yang paling mulia dalam agama kita. Oleh
karena itu, marilah kita memperhatikan adab-adab kita di dalam berdoa agar doa
yang kita panjatkan dikabulkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Untuk mengetahui
adab-adab dalam berdoa marilah kita renungi sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
إنَّ اللهَ
طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ الله أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا
أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ
الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا وَقَالَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ
السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا
رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ
بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لهُ
“Sesungguhnya Allah itu Maha baik dan tidak menerima kecuali
sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum Mukminin
dengan perintah yang Allah gunakan untuk memerintahkan para rasul. Maka Allah
berfirman,”Wahai para rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan beramal
shalihlah (Al Mukminun : 41).” Dan Allah juga berfirman,”Wahai orang-orang yang
beriman, makanlah segala sesuatu yang baik, yang telah kami berikan kepada
kalian (Al Baqarah : 172).” Kemudian Rasulullah menyebutkan tentang seseorang
yang melakukan perjalanan Panjang, kusut rambutnya dan berdebu, kemudian
mengangkat tangannya dan mengatakan : Wahai Rabb-ku, Wahai Rabb-ku, sedangkan
makanannya haram, minumannya haram, perutnya diisi dengan sesuatu yang haram,
maka bagaimana Kami mengabulkan doanya?”. (HR. Muslim no. 1015)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, pada
hadis yang mulia ini ada 5 hal yang merupakan adab dalam berdoa.
Pertama, di antara adab dalam berdoa yaitu
seseorang berdoa kepada Allah dalam waktu-waktu atau keadaan yang mustajab.
Yang disitu Allah lebih banyak mengabulkan doa seorang hamba dan tentunya ini
tidaklah kita ketahui kecuali lewat dalil.
Di antaranya
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan orang tersebut dalam keadaan
safar, sedangkan safar adalah merupakan salah satu waktu yang mustajab untuk
berdoa, sebagaimana beliau bersabda,
ثلاث دعوات
مستجبات لا شك فيهن دعوة المظلوم ودعوة المسافر ودعوة الوالد لولده
“Tiga orang yang
doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan
doa orang tua terhadap anaknya”. (HR. Abu Daud
no.1536, Sunan At-Tirmidzi no.1905, Sunan Ibnu Majah, lihat Silsilah Shahihah
No. 596)
Dan masih banyak
sekali waktu-waktu mustajab yang diterangkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Di antaranya doa antara adzan dan iqamah, beliau bersabda
لا يرد الدعاء بين
الأذان والإقامة
“Tidak akan
ditolak doa antara adzan dan iqamah”. (HR. Abu Daud no.521, Tirmidzi
no.210, dishahihkan Syaikh Al-Albani
dalam Misykat no.671)
Begitu juga pada saat
sepertiga malam terakhir, beliau bersada
ينزل ربنا تبارك
وتعالى كل ليلة إلى سماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول من يدعوني فأستجيب
له من يسألني فأعطي له ومن يستغفرني فأغفر له
“Rabb kita Tabaraka Wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap
malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Kemudian Allah berfirman,
“Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta
kepada-Ku, akan Aku beri. Barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni”. (HR. Bukhori no.1145 dan Muslim no.758)
Demikian pula
pada waktu seorang sujud dalam shalat juga termasuk waktu yang mustajab. Nabi
bersabda
أقرب ما يكون
العبد من ربه وهو ساجد فأكثروا من الدعاء
“Keadaan yang paling deka tantara seorang hamba dengan Tuhannya
adalah ketika sujud, maka perbanyaklah Doa ketika sujud” (HR. Muslim no.482)
Dan doanya orang
yang sedang berpuasa dan doa imam yang adil, beliau ‘alaihishsholatu wassalam
bersabda,
ثلاثة لا ترد دعوتهن الصائم حتى يفطر والإمام العادل والمظلوم
“Ada 3 orang yang doanya tidak akan ditolak oleh Allah : doa
orang yang sedang berpuasa sampai ia berbuka, doa imam yang adil dan doa orang
yang terdzolimi”. (HR Ahmad dan yang lainnya, dishahihkan Ibnu
Hibban no. 2407 dan Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Shohihah no. 1797)
Kedua, yaitu seorang berdoa dalam keadaan merendahkan
diri kemudian dia merasa hina dan lemah disisi Allah Subhanahu Wa Taala seperti
yang digambarkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam orang tadi dalam keadaan kusut
rambutnya dan berdebu. Ini menunjukkan dia merendahkan diri di hadapan Allah
dan menghinakan diri serta merasa dirinya sangat butuh kepada Allah ‘Azza Wa
Jalla.
Maka seorang yang
ingin berdoa kepada Allah hendaklah ia merendahkan hatinya dan hendaklah dia
menghadirkan hatinya. Sebagaimana Rasul pernah bersabda
ادعوا الله وأنتم
موقنون بالاجابة واعلموا أن الله لا يقبل دعاء من قلب غافل لاه
“Berdoalah kepada Allah dengan kalian meyakini doa tersebut akan
dikabulkan oleh Allah. Dan Ketahuilah bahwasannya Allah tidak akan menerima doa
dari seseorang yang hatinya lalai dan tidak serius” (HR. Tirmidzi no.3479, dihasankan oleh
Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib no.1653)
Ketiga, adalah hendaknya dia menengadahkan kedua
tangannya ke atas langit. Sebagaimana dalam hadits yang lain Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ
حَيِيٌّ كَرِيمٌ ، يَسْتَحِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ
يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ
“Sesungguhnya
Allah itu Maha Pemalu lagi Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki mengangkat
kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Ia mengembalikannya dalam keadaan
kosong dan hampa”. (HR. Abu Daud no.1488,
At Tirmidzi no.3556, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al Jaami’ no.2070)
Keempat, adalah dengan dia senantiasa
mengulang-ngulang doanya sebagai bentuk bahwa dia betul-betul butuh kepada
Allah. Sebagaimana tadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dia
mengatakan Wahai Rabb ku Wahai Rabb ku. Dia merengek dan mengulang-ngulangnya sebagai
pernyataan dia sangat butuh kepada Allahh Subhanahu Wa Ta’ala. Sebagaimana
diceritakan sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
كَانَ إِذَا دَعَا
دَعَا ثَلَاثًا ، وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلَاثًا
“Dahulu Nabi
ketika berdoa, maka beliau ulangi sampai tiga kali. Dan apabila beliau meminta,
maka beliau ulangi tiga kali”. (HR. Muslim
no.1794)
Juga yang dapat
kita ambil dari kisah diawal tadi adalah hendaknya seseorang berdoa dengan
menyebut nama-nama Allah. Allah Ta’ala berfirman,
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا
“Hanya Allah yang
memiliki nama-nama yang baik itu. Maka berdoalah dengannya”. (QS. Al - A’raf :
18)
Itulah ma’asyiral
muslimin, beberapa adab yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam berdoa, sudah selayaknya bagi kita untuk mengikuti apa yang beliau
ajarkan, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
KHUTBAH KEDUA
Ma’asyiral muslimin rahimani
warahimakumullah. Di khutbah pertama tadi telah kita terangkan tentang
keutamaan doa dan 4 adab di dalam berdoa.
Kemudian yang kelima adalah orang
tersebut harus membersihkan atau menjauhkan dirinya dari hal-hal yang haram.
Sebagaimana dikisahkan di dalam hadis tadi, bahwa orang tersebut telah
menjalankan seluruh adab-adab dalam berdoa, namun ia memakan dari yang haram,
minum dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dia didik dari yang haram
maka bagaimana mungkin doanya akan diterima.
Seorang sahabat yang bernama Sa’ad bin Abi
Waqash radhiyallahu ‘anhu, beliau dikenal dengan orang yang doanya selalu
dikabulkan oleh Allah. Ketika beliau ditanya tentang rahasia mengapa doa beliau
selalu dikabulkan oleh Allah ? maka beliau mengatakan
مَا
رَفَعْتُ إِلَى فَمِي لُقْمَةً إِلَّا وَأَنَا عَالِمٌ مِنْ أَيْنَ مَجِيئُهَا،
وَمِنْ أَيْنَ خَرَجَتْ
“Tidaklah aku mengangkat satu suap makanan ke mulutku, kecuali
aku tahu darimana datangnya makanan tersebut dan darimana dihasilkan makanan
tersebut”. (Jaami’ul ‘Ulum Wal Hikam, 1/275)
Intinya beliau
betul-betul menjaga dirinya dari hal-hal yang haram terutama makanan, agar doa
beliau dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Juga diantara
bentuk kita menjauhkan diri kita dari hal-hal yang haram adalah dengan tidak
bermaksiat kepada Allah Tabaraka Wa Ta’ala. Seorang Ulama Salaf Yahya bin
Mu’adz mengatakan.
لا تستبطئ الإجابة وقد
سددت طريقها بالذنوب
“Janganlah engkau
menganggap (Allah) lambat mengabulkan doamu, karena sungguh engkau telah
menutupi jalan terkabulnya doa, dengan dosa-dosamu.” (Siyar A’lam An-Nubala: 15/13).
Oleh karena
itulah ma’asyiral muslimin, perlu kiranya untuk kita menjalankan adab-adab yang
diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tsb dan senantiasa muhasabah
atau introspeksi diri masing-masing agar doa kita dikabulkan oleh Allah subahanhu
Wa Ta’ala.
(Disarikan dari khutbah Ust. Abdurrahman Thayyib, Lc.)
0 komentar:
Posting Komentar