Pendidikan Islam
sangatlah penting bagi setiap manusia, dengan berjalannya pendidikan Islam ini
kehidupan bermasyarakat akan menjadi jauh lebih tenang dan tentram. Di antara
tujuan pendidikan Islam menurut Munir Mursi adalah:
1.
Bahagia di dunia dan di akherat.
2.
Menghambakan diri kepada Allah.
3.
Memperkuat ikatan keislaman dan
melayani kepentingan masyarakat Islam.
4.
Akhlak mulia[1]
Sungguh sangat
disayangkan jika pendidikan Islam ini tidak berjalan dengan baik karena ada
beberapa problematika yang belum terpecahkan, dan problematika tersebut menghalangi terwujudnya
tujuan pendidikan Islam di negeri ini. Musuh-musuh Islam tidak henti-hentinya
menyerang Islam dari luar dan dalam. Mereka melakukan semua ini agar umat Islam
tidak berkembang dan bahkan mengalami kemunduran, semua ini mereka lakukan
hanya untuk memecah belah dan menghancurkan kaum muslimin. Sebagaimana firman
Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ
وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُم
“Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka.......” (QS. Al Baqarah : 120)
Di antara
problematika-problematika itu adalah tontonan televisi dan aplikasi-aplikasi gadget / smartphone yang merusak moral (termasuk bisa jadi
youtube atau aplikasi media sosial lainnya). Keduanya
merupakan perusak penerus bangsa ini termasuk di
antara problematika pendidikan, karena di negeri ini anak-anak sejak kecil pun
telah dibiasakan menonton televisi dan memegang gadget, bahkan beberapa anak
bebas menonton televisi dan menggunakan gadget tanpa adanya pengawasan, batasan
dan pengarahan dari orang tuanya. Fenomena ini merupakan salah satu
problematika pendidikan Islam yang masih sulit untuk dihilangkan. Bahkan banyak masyarakat yang tidak memperhatikan hal ini karena dampak negatif yang ditimbulkan tidak
langsung terlihat (memiliki dampak negatif
dalam jangka panjang).
Berbagai acara
televisi penuh kerusakan dan
berbagai macam aplikasi yang merusak disajikan kepada
seluruh elemen masyarakat, mulai dari rakyat jelata sampai pejabat-pejabat
negara. Acara-acara dan aplikasi yang ada unsur pornografi, perilaku tidak
bermoral, kekerasan dan keburukan-keburukan lainnya, kini dengan mudah
dinikmati oleh anak-anak kecil yang mereka belum saatnya untuk mengenal hal-hal
tersebut.
Jika mereka telah
mengetahui hal-hal yang belum saatnya mereka ketahui, maka akibatnya mereka
akan matang sebelum waktunya. Hal ini tentu sangat membahayakan mereka, karena
akan mendorong mereka untuk melakukan berbagai macam tindak kejahatan, bahkan
terkadang menyebabkan gangguan jiwa bagi korbannya.
Menurut para
pakar dan peneliti otak, otak kita bekerja secara sadar, tidak sadar, dan bawah
sadar. Dalam beberapa tinjauan lebih difokuskan dengan mengkategorikan sadar
dan bawah sadar saja. Otak yang bekerja secara sadar, prosesnya kita ketahui
dan kita kendalikan, misalnya saat mengerjakan hitung-hitungan, saat pertama
kali belajar mengemudikan mobil, dan berusaha mengingat sesuatu yang
terlupakan. Itu semua dilakukan dengan sadar. Sedangkan kerja otak dibawah
sadar itu kita tidak mengendalikannya dan tidak mengetahui prosesnya seperti
menyebutkan hal-hal yang sudah dihafal (inilah yang disebut hafal luar kepala)
atau seorang yang telah mahir dalam mengemudi, semua akan berjalan begitu saja
tanpa kita sadari bagaimana otak bekerja mengendalikan anggota badan tersebut.
Menurut penelitian ini, otak bekerja secara sadar pada manusia hanya 15% dari
keseluruhan aktivitas otak. Selebihnya, 85% otak bekerja dibawah sadar. Kerja
alat tubuh ini secara umum dikendalikan oleh otak secara bawah sadar, demikian
juga watak, cara pandang, emosi, perilaku, juga rangsangan yang diberikan panca
indra. Maka apa saja yang didapatkan oleh panca indra, otak secara bawah sadar
langsung menyimpan informasi-informasi tersebut secara otomatis. Serta
mengendalikan fungsi anggota tubuh, perasaan maupun kejiwaan kita. Tentunya
segala acara-acara televisi (dan juga aplikasi gadget) yang menjajakan syahwat
termasuk dalam kategori ini.[2]
Dari data
tersebut kita mengetahui bahwasannya otak bisa menyerap dan menyimpan apa yang
dilihat oleh mata, apa yang seorang anak lihat di dalam televisi atau gadgetnya bisa secara
otomatis mempengaruhi watak, cara pandang, emosi dan perilakunya.
Ahmad Tafsir
mengatakan,“Tontonan yang sadististik dan pornografis (seks) itu merusak mental
(selanjutnya fisik), baik bagi orang dewasa maupun bagi anak-anak. Bagi anak
anak pengaruhnya akan besar sekali karena tontonan itu akan meninggalkan kesan
yang teguh dan dalam jiwa anak-anak itu. Kelak, setelah anak-anak itu remaja,
kesan itu bekerja, lantas dibarengi
dengan keadaan mental yang bergejolak (gejolak remaja), biasanya remaja itu
tidak bisa mengendalikan dirinya. Bila demikian maka nasihat dan bimbingan para
orang tua dan guru tidak akan lagi besar manfaatnya. Oleh karena itu, para
pendidik Muslim berpendapat bahwa tontonan sadis dan porno itu amat berbahaya
bagi anak-anak, remaja, dan juga bagi orang dewasa.”[3]
Hal ini juga
sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah: “Pandangan merupakan
sumber munculnya kebanyakan melapetaka yang menimpa manusia, karena pandangan
melahirkan betikan hati, kemudian berlanjut betikan dibenak hati menimbulkan
pemikiran (lamunan), lalu pemikiran menimbulkan syahwat, kemudian syahwat
melahirkan keinginan, kemudian menguat kehendak tersebut hingga menjadi
'azzam/tekad yang kuat, lalu timbulah tindakan yang tidak sesuatu pun dapat
mencegahnya. Oleh karena itu dikatakan,'kesabaran untuk menundukkan pandangan
lebih mudah daripada kesabaran menahan kepedihan yang akan timbul kelak akibat
dari tidak menjaga pandangan'.”[4]
Seperti
kasus-kasus yang telah berlalu,
seperti banyaknya remaja yang melakukan pacaran atau
bahkan sampai melakukan perzinaan karena telah
terbiasa melihat hal-hal tersebut didalam televisi dan gadget mereka. Padahal
guru-guru di sekolah telah menjelaskan budi pekerti yang baik, akhlak, adab,
aqidah dalam Islam kepada peserta didiknya. Namun kenyataannya televisi dan gadget
lebih bisa membius para peserta didik daripada guru-guru mereka di sekolah.
Jumlah hal-hal
negatif yang diterima atau diserap anak melalui televisi dan gadget jauh lebih
banyak daripada pendidikan islam yang telah diajarkan di sekolah maupun di
rumah. Dampak negatif dari televisi dan gadget ini diperparah dengan pendidikan
dari kebanyakan orang tua yang kurang dan jauh dari agama. Begitu pula
pendidikan di sekolah-sekolah umum yang juga jauh dari pendidikan Islam dan jam
pelajaran agama Islam yang pun sedikit sekali. Maka ini semua menjadi salah
satu problematika besar yang mengganggu berjalannya proses pendidikan Islam dan
harus segera diatasi bersama.
Cara Mengatasi
Jika kita biarkan
ini semua berjalan begitu saja tanpa kita atasi, maka ini akan memperburuk
kualitas pendidikan di negeri ini pada masa mendatang. Berikut ini beberapa
cara yang bisa kita lakukan untuk menghilangkan atau paling tidak bisa
meminimalisir problematika tersebut, yaitu:
- Melaporkan acara-acara atau aplikasi yang tidak sesuai syariat dan
jauh dari akhlak yang baik kepada pemerintah terkait. Dengan ini minimal kita sudah berusaha
untuk memberikan saran atau nasehat kepada lembaga pemerintah, sebagaimana
apa yang telah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sabdakan,
الدين النصيحة. قلنا: لمن ؟. قال: لله
ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama itu adalah nasehat”. Para Sahabat
bertanya, “Kepada siapa wahai Rasulullah
?” Beliau menjawab, “Kepada Allah,
kepada Kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada pemimpin kaum muslimin dan kaum
muslimin pada umumnya” (HR. Muslim)
Juga
dalam rangka saling tolong menolong dalam kebaikan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman,
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ ﴿٢ ﴾
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.”. (QS. Al Maidah : 2).
Meskipun
saran kita tersebut belum tentu diterima, maka yang terpenting kita telah
berniat dan berusaha untuk memberantas problematika tersebut.
- Sangat selektif dan kritis dalam memilih acara-acara atau aplikasi
bagi keluarga kita dan mengontrol anak saat sedang menonton atau
menggunakan gadget.
- Menjauhkan anak dari televisi atau gadget, karena kedua hal
tersebut hanya akan merusak masa keemasan sang anak. Meskipun di dalam
televisi juga terdapat acara-acara yang bermanfaat, tapi lebih baik kita
menjauhkan anak-anak tersebut dari televisi[5].
Sebagaimana ada kaidah yang berbunyi, “Dar'ul
mafasid aula min jalbil manafi'” yang artinya mencegah kerusakan lebih
utama daripada menarik manfaat[6].
- Kalau tidak bisa maka batasilah waktu menonton televisi
atau penggunaan gadget dan gunakan dengan pengawasan dari orang tua. Hal ini agar orang tua bisa
mengontrol tontonan dan penggunaan gadget anak, serta anak tidak menjadi maniak televisi atau
gadget.
- Memberikan pendidikan kepada anak dengan tarbiyah Rabbaniyatul ghayah (berorientasi kepada ketuhanan
atau pendidikan yang berasas islam itu sendiri)[7].
- Memberikan layanan pendidikan secara utuh, menyeluruh, dan seimbang
pada seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan manusia dan masyarakat.
Mengarahkan aspek keimanan, ruhiyah, pemikiran, akhlak, sensivitas diri,
jasmani, motivasi untuk maju, dan kemasyarakatan[8].
Jauhkanlah keluarga kita dari hal-hal yang tidak
bermanfaat atau bahkan membahayakan dunia dan akhirat !!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ
”Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”. (QS. At Tahrim : 6)
Sumber :
1.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Rosda karya
Offset, 2011).
2.
Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad-Daa'u Wad Dawaa' (Mekkah: Daaru
'alamil Fawa'id, 1429H)
3.
Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhihul Ahkam min Bulughil Marom. (Mesir:
Darul 'Alamiah, 2012).
4.
Indra Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan Penyimpangan Akhlak
Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII.
5.
Suroso Abdussalam, Arah & Asas Landasan Pendidikan Islam,
(Sukses Publishing, 2011).
[1] Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Rosda karya Offset, 2011)
49
[2] Indra Rustum, 2013, Tontonan
Merusak dan Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII,
80-81.
[3] Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT. Rosda karya Offset, 2011)
176
[4] Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad-Daa'u
Wad Dawaa' (Mekkah: Daaru 'alamil Fawa'id, 1429H) 350
[5] Indra
Rustum, 2013, Tontonan Merusak dan
Penyimpangan Akhlak Anak, Majalah Qiblati edisi 06 tahun VIII, 79
[6] Abdullah
bin Abdurrahman Al Bassam, Taudhihul
Ahkam min Bulughil Marom. (Mesir: Darul 'Alamiah, 2012) 64
[7] Suroso Abdussalam, Arah
& Asas Landasan Pendidikan Islam, (Sukses Publishing, 2011) 58
0 komentar:
Posting Komentar