Oleh : Muhammad Danu Kurniadi
Di
antara syubhat yang sering kita dengar ketika kita berusaha untuk mengikuti dan
berpegang teguh pada dalil adalah ungkapan “Apakah anda merasa lebih ‘alim dan
lebih mengtahui dari Imam Fulan atau Ulama Fulan ?”. Untuk menjawabnya marilah
kita simak kisah dan penjelasan berikut.
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنِ ابْنِ أَبِي
مُلَيْكَةَ، قَالَ: قَالَ عُرْوَة، لِابْنِ عَبَّاسٍ حَتَّى مَتَى تُضِلُّ
النَّاسَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ؟ ! قَالَ: مَا ذَاكَ يَا عُرَيَّةُ ؟ قَالَ: "
تَأْمُرُنَا بِالْعُمْرَةِ فِي أَشْهُرِ الْحَجِّ، وَقَدْ نَهَى أَبُو بَكْرٍ،
وَعُمَرُ ! فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَدْ فَعَلَهَا رَسُولُ اللَّهِ صلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عُرْوَةُ: هما كَانَا
هُمَا أَتْبَعَ لِرَسُولِ اللَّهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَعْلَمَ بِهِ
مِنْكَ "
Telah menceritakan kepada kami 'Affaan : Telah
menceritakan kepada kami Wuhaib : Telah menceritakan kepada kami Ayyuub, dari
Ibnu Abi Mulaikah, ia berkata : 'Urwah pernah berkata kepada Ibnu 'Abbaas :
"Hingga kapan engkau menyesatkan manusia wahai Ibnu 'Abbaas ?".
Ibnu 'Abbaas berkata : "Ada apa wahai 'Urayyah (dengan tashghiir,
maksudnya 'Urwah). 'Urwah berkata : "Engkau menyuruh kami melakukan
'umrah di bulan haji, padahal Abu Bakr dan 'Umar melarangnya !". Ibnu
'Abbaas berkata : "Sungguh, hal tersebut ('umrah di bulan-bulan haji)
dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam". 'Urwah
berkata : "Mereka berdua (Abu Bakr dan 'Umar) lebih ber-ittiba' kepada
Rasululah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan lebih memahaminya daripada engkau"
[Diriwayatkan oleh Ahmad 1/252; shahih].
Tengoklah riwayat di atas bagaimana hujjah
'Urwah ketika membantah Ibnu 'Abbaas radliyallaahu 'anhumaa. Padahal
sebagaimana diketahui, boleh melakukan 'umrah di bulan-bulan haji.
Pointnya : Hujjah bahwa Fulaan lebih berilmu
daripada engkau, tetap harus divalidasi. Bukannya meremehkan ulama, akan tetapi
ketika ada perkataan tanpa disertai dalil kontra dengan dalil atau perkataan
yang disertai dalil; maka tidak layak dalil (yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah)
ditinggalkan hanya karena perkataan Fulaan dan 'Alaan.
NB
: Perkataan 'Urwah yang menyandarkan bahwa Abu Bakr dan 'Umar melarang 'umrah
di bulan-bulan haji pun perlu diteliti kembali.[1]
Serta
telah masyhur ucapan Abdullah bin Abbas
يوشك
أن تنزل عليكم حجارة من السماء، أقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وتقولون
قال أبو بكر وعمر
“Hampir saja kalian
dihujani batu dari langit. Aku berhujjah dengan perkataan Rasulullah ‘shallallahu
‘alaihi wasallam, akan tetapi kalian membantahnya dengan erkataan Abu Bakar dan
Umar”. (Diriwayatkan Ahmad 1/337, Al Khatib dalam “Al Faqih Wal Mutafaqqih
1/145, Ibnu Hazm dalam “Hajjatul Wada’” hal 268-269)
Hal
inipun sebagaimana kisah dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma
ketika ada seseorang yang bertanya kepada beliau tentang suatu permasalahan,
akan tetapi orang yang bertanya tadi menyanggah jawaban Abdullah bin Umar radhiyallahu
‘anhuma dengan perkataan,
إن
أباك نهى عنها
“Akan tetapi sesungguhnya ayahmu (Umar bin Khattab
radhiyallahu ‘anhu) melarang dari hal tersebut”. Maka Abdullah bin Umar
menjawab,
أأمر
رسول الله صلى الله عليه وسلم أحق أن يتبع أو أمر أبي ؟
“Apakah perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
harus diikuti atau perintah ayahku (Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu) ??”
(Kitab Zaadul Ma’ad karangan Ibnul Qayyim)
Dan
pernah dilain waktu Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma mendengar ada seorang
yang bersin, kemudian orang itu mengucapkan “Alhamdulillah Washolawatu ‘Ala
Rasulillah”. Mendengar ucapan itu, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma
mengatakan,
ما
هكذا علمنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بل قال : إذا عطس أحدكم فليحمد الله ولم
يقل وليصل على رسول الله
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah mengajarkan
kami seperti itu. Akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Apabila
salah seorang di antara kalian bersin, hendaklah ia memuji Allah (mengucapkan
Alhamdulillah)”, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan “dan
hendaklah ia bershalawatlah atas Rasulullah”. (Dikeluarkan oleh Al Imam At
Tirmidzi dalam kitab Sunan beliau dengan sanad yang hasan). [2]
Ini
semua menunjukkan bahwa jika ada ucapan yang bertentangan dengan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka wajib bagi seorang muslim untuk
mengamalkan sabda Rasul dan meninggalkan ucapan yang menyelisihinya. Hal ini
sama sekali tidaklah berarti kita harus memehami Al Qur’an dan As Sunnah dengan
pikiran atau pemahaman kita sendiri dan meninggalkan pemahaman para ulama dalam
memahami keduanya. Karena seorang yang mengaku mengikuti manhaj salaf haruslah
memahami Al-Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman para salaf dan para ulama
yang mengikuti jalan mereka. Wallahu ta’ala a’lam.
[2] Al Wajiz Fii ‘Aqidatis
Salafis Shalih hal. 136, karya Syaikh Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsary.
0 komentar:
Posting Komentar