Oleh : Muhammad Danu Kurniadi
Salah satu prinsip
keyakinan ahlusunnah wal jamaah adalah beriman kepada Telaga Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam , sebagaimana telah datang hadits-hadits yang meriwayatkan
tentangnya dari sekitar 40 orang sahabat. Namun beberapa kelompok menyimpang seperti
mu’tazilah tidak meyakini adanya telaga ini, dan mereka menakwilkan
hadits-hadits tentang telaga tersebut dengan takwil yang bathil dan jauh dari
pemahaman yang benar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika
menjelaskan tentang keyakinan ahlusunnah kepada hari akhir beliau menyebutkan
وَفِي عَرَصَات
الْقِيَامَةِ الْحَوْضُ الْمَوْرُودُ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
“Dan
pada Padang Mahsyar di Hari Kiamat ada telaga untuk Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam” [Syaikh Sholeh Al-Fauzan, Syarah Aqidah Washitiyyah hal. 144]
Sifat-sifat Telaga Al-Kautsar
Di antara sifat-sifat telaga tersebut adalah seperti apa yang
diriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr, bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda
حوضي
مسيرة شهر، ماؤه أبيض من اللبن، و ريحه أطيب من المسك، وكيزانه كنجوم السماء، من
شرب منه لا يظمأ أبدا
“Telagaku
seluas perjalanan satu bulan, airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum
dari pada misik dan bejana-bejananya sebanyak bintang dilangit. Barangsiapa
yang minum darinya tidak akan merasakan haus selamanya”. [HR. Bukhori no.
9579 dan Muslim 2292]
Orang Yang Terhalang Dari Telaga Nabi
Sesungguhnya pada hari kiamat, ketika seluruh manusia dibangkitkan dan
kemudian dikumpulkan di padang Mahsyar mereka akan merasa sangat kehausan. Maka
umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam akan pergi ke Telaga
beliau dan minum air darinya untuk menghilangkan rasa dahaga tersebut. Namun
kelak ada beberapa orang yang terhalang dan terusir ketika ia ingin minum dari telaga
tersebut, seperti yang dikisahkan dalam hadist berikut ini
لَفَظُ مُسْلِمٍ قَالَ: "بَيْنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَظْهُرِنَا فِي
الْمَسْجِدِ، إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُبْتَسِمًا،
قُلْنَا: مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "أُنْزِلَتْ عَلِيَّ
آنِفًا سُورَةٌ"، فَقَرَأَ: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ {إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ
الأبْتَرُ} ثُمَّ قَالَ: "أَتَدْرُونَ مَا الْكَوْثَرُ؟ " قُلْنَا:
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدنيه رَبِّي،
عَزَّ وَجَلَّ، عَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ، هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عليه أمتي يوم القيامة،
آنيته عدد النُّجُومِ فَيختلجُ الْعَبْدُ مِنْهُمْ، فَأَقُولُ: رَبِّ إِنَّهُ مِنْ
أُمَّتِي. فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثَ بَعْدَكَ"
“Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid sedangkan beliau tidur ringan, tiba-tiba beliau mengangkat
kepalanya dan tesenyum. Maka kami bertanya, “Apakah yang membuatmu tersenyum
wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab, “Baru saja diturunkan kepadaku
sebuah surat”. Maka beliau membaca “Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberimu Al-Kautsar,
maka sholatlah karena Tuhanmu dan berkurbanlah, sesungguhnya orang yang
membencimu dialah yang terputus” (QS Al Kautsar : 1-3). Maka beliau
bertanya, “Apakah kalian tahu apa itu al-Kautsar ??”. Kami menjawab, “Allah
dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya
Al-Kautsar adalah sungai yang Tuhanku ‘Azza Wa Jalla berikan kepadaku, sungai
tersebut memiliki kebaikan yang sangat banyak. Ia adalah telaga yang akan
didatangi umatku pada hari kiamat, bejana-bejananya sebanyak bilangan bintang
di langit”. Namun ada sebagian hamba yang tidak bisa minum dari telaga tersebut. Maka aku berkata, “Wahai tuhanku sesungguhnya ia adalah termasuk umatku”.
Maka Allah berfirman, “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang telah mereka
perbuat sepeninggalmu”. [HR. Muslim no.400]
Para Ulama
berbeda pendapat tentang siapakah orang yang terusir dari telaga tersebut pada
hari kiamat nanti,
Pertama, bahwasannya yang dimaksud disini
adalah orang-orang munafik dan orang yang murtad. Bisa jadi mereka dikumpulkan pada
hari kiamat dengan keadaaan putih di dahi, kaki dan tangannya karena bekas
wudhu. Sehingga nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilnya karena bekas
wudhu yang ada pada mereka. Maka dikatakan kepada nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam mereka bukanlah orang yang engkau dijanjikan untuk berkumpul
bersama mereka, karena mereka adalah orang-orang yang mengganti agama mereka
sepeninggalmu, mereka tidaklah meninggal diatas keislaman.
Kedua, bahwasannya
mereka adalah orang-orang yang masuk islam di zaman Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kemudian murtad sepeninggal beliau. Maka nabi shallallahu
‘alaihi wasallam memanggil mereka walaupun mereka tidak memiliki bekas wudhu
tersebut, dikarenakan beliau mengenal mereka semasa hidupnya. Lantas dikatakan
bahwa mereka telah murtad setelahmu.
Ketiga,
bahwasannya mereka adalah pelaku maksiat dan dosa-dosa besar yang mati dalam
keadaan bertauhid. Termasuk juga para pelaku bid’ah yang kebid’ahannya tidak
mengeluarkan dari Islam. Menurut pendapat ini, apa yang disebutkan dalam hadis
bahwa mereka terusir hanya sekedar hukuman saja, mereka tidak sampai masuk
neraka. Bisa jadi Allah merahmati mereka dan memasukkan mereka ke surga tanpa
adzab. (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih
Muslim 3 / 136-137)
وَقَالَ الْإِمَامُ الْحَافِظُ أَبُو عَمْرِو بْنُ
عَبْدِ الْبَرِّ كُلُّ مَنْ أَحْدَثَ فِي الدِّينِ فَهُوَ مِنَ الْمَطْرُودِينَ
عَنِ الْحَوْضِ كَالْخَوَارِجِ وَالرَّوَافِضِ وَسَائِرِ أَصْحَابِ الْأَهْوَاءِ
قَالَ وَكَذَلِكَ الظَّلَمَةُ الْمُسْرِفُونَ فِي الْجَوْرِ وَطَمْسِ الْحَقِّ
وَالْمُعْلِنُونَ بِالْكَبَائِرِ قَالَ وَكُلُّ هَؤُلَاءِ يُخَافُ عَلَيْهِمْ أَنْ
يَكُونُوا مِمَّنْ عَنُوا بِهَذَا الْخَبَرِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ قَوْلُهُ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Al-Imam Al-Hafidz Abu Amr bin Abdil Barr
berkata, “Setiap orang yang membuat perkara-perkara baru dalam agama maka
dialah orang terusir dari telaga, seperti khawarij, syiah dan para pengikut
hawa nafsu. Begitu juga orang-orang yang dzalim, yang merampas hak dan
orang-orang yang menampakkan dosa-dosa besar. Maka mereka semua ditakutkan
termasuk orang-orang yang terusir dalam hadis ini. Wallahu A’lam”. (Imam
An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim 3 / 137)
Agar
menjadi orang yang terpilih untuk dapat minum di telaga Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam maka harus bagi setiap mukmin untuk beriman dengan iman
yang benar hingga akhir hayatnya, menjauhi sifat-sifat munafik, perbuatan
maksiat dan dosa-dosa besar, serta perbuatan-perbuatan bid’ah dalam urusan
agama. Semoga kita dijadikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala termasuk di
antara orang-orang yang dapat berkumpul bersama nabi pada hari kiamat dan minum
dari telaganya. Aamiin. Wallahu Ta’ala A’lam.
Sumber : Artikel yang ditulis di Buletin Al-Iman (edisi 242, Tahun ke 6, No. 31, Syawwal 1437 H)
0 komentar:
Posting Komentar